Melek Digital, Kiat Remaja Zaman Now Bijak Menggunakan Internet

Pesatnya pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia tidak diimbangi dengan kemampuan masyarakat dalam menilai dan mengecek kebenaran sumber informasi media melalui teknologi digital. Kemampuan ini dikenal dengan istilah literasi digital atau melek digital. Tanpa literasi digital, pengguna internet Indonesia, terutama para remaja akan kewalahan dengan banjir berita palsu (hoaks) di berbagai platform media sosial.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi bersama beberapa organisasi media lain pada pertengahan tahun 2020, menunjukkan indeks literasi digital Indonesia masih masuk dalam kategori sedang, yaitu 3,14 dari 5. Survei yang melibatkan 1.670 responden di 34 provinsi tersebut, memiliki skor terendah pada aspek literasi pengolahan informasi dan data. Dengan kata lain masyarakat Indonesia bisa membaca, tapi belum mengerti apa makna dari bacaan tersebut sehingga rawan mendapatkan informasi dan data yang palsu.
Literasi digital dimaknai sebagai skill memahami, menganalisis, mengatur,
mengevaluasi informasi dengan memakai teknologi digital. Kemampuan literasi yang tidak baik akan mengganggu psikologi remaja. Hal ini diakibatkan oleh emosi remaja yang masih labil serta belum mempunyai filter bagus dalam menyaring informasi, sehingga mereka menerima secara instan suatu informasi tanpa tahu benar atau tidaknya. Ketidakmampuan remaja dalam berliterasi digital berakibat pada watak dan sikap mereka.
Sebagai contoh atas tayangan informasi eksperimen menggabungkan DNA hewan dengan makanan (burung merak dan popcorn), yang mana tayangan tersebut sebetulnya hanya sebuah hiburan semata, tapi oleh remaja yang kemampuan literasi digitalnya kurang, akan menganggap hal tersebut nyata dan benar. Dalam tayangan itu, netizen tampak senang untuk request eksperimen apa selanjutnya yang akan dilakukan, termasuk eksperimen hewan yang berbeda spesies (gajah dan rusa). Tayangan ini secara ilmiah Biologi pasti menyesatkan, tapi karena termasuk konten hiburan maka diperlukan pikiran kritis agar tidak tertipu.
Sampai saat ini, literasi digital cenderung dipahami secara sempit hanya terbatas pada penguasaan dalam penggunaan teknologi saja. Literasi digital semestinya juga meliputi aspek-aspek kritis lain seperti kesadaran data (data awareness), kemampuan analisis data, dan kemampuan untuk fokus (deep work) dari notifikasi-notifikasi sosial media yang dapat mengganggu produktivitas seseorang. Bagi seorang remaja yang sangat aktif dalam mengakses internet, maka literasi digital menjadi kompetensi penting yang wajib dimiliki dan dikuasai, karena akan berguna untuk memeriksa kebenaran dari sebuah informasi sehingga terhindar dari hoaks.
Pengajaran literasi digital bagi para remaja Indonesia sangat penting untuk dilakukan. Rene Hobbs, seorang professor Ilmu Komunikasi di Universitas of Rhode Island, Amerika Serikat, menekankan pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam literasi digital. Berpikir kritis menjadi pondasi awal para remaja untuk menyaring arus informasi agar mendapatkan berita yang benar jauh dari berita palsu (hoaks), mendapatkan sumber referensi ilmu pengetahuan yang tepat, bijak memanfaatkan media digital untuk pengembangan diri, serta tidak terlena untuk aktivitas-aktivitas seperti game online, bahkan sampai kegiatan judi online (slot) yang sangat marak di kalangan remaja hingga orang dewasa hari ini.
Untuk meningkatkan kemampuan literasi digital atau melek digital, sehingga diharapkan tercetak para remaja yang bijak dalam menggunakan internet, maka hal-hal berikut ini dapat dilakukan di dunia pendidikan antara lain :
- Mewajibkan mata pelajaran informatika di sekolah dan jenjang sekolah, yang tidak hanya berfokus pada teknis belaka melainkan juga
pengajaran untuk bijak dalam menggunakan media digital. - Mengadakan program bimbingan literasi digital untuk membekali para remaja atau siswa tentang etika dalam berinternet, keamanan data dalam internet, kemampuan mengolah informasi dan data dari internet, serta kegiatan lain yang bertujuan untuk mencetak remaja tangguh dan bijak dalam memakai internet.
- Memberikan sosialisasi atau materi tentang membedakan berita palsu, teknik membingkai ide karya tulis, dan etika menggunakan media sosial.
Literasi digital bukan sekadar seorang remaja bisa memanfaatkan ponsel pintar dalam kegiatan sekolah atau pendidikan. Tapi lebih dari itu, literasi digital harus ditanamkan sejak di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, hingga lingkungan masyarakat luas. Remaja yang terdidik dengan materi Literasi digital dengan kata lain melek digital, akan menjadi generasi yang mampu menangkal berbagai informasi palsu dan tidak valid, sehingga berperan dalam suksesnya kegiatan pendidikan dan belajar mengajar yang kondusif, positif, serta penuh dengan energy kreatif dalam berkarya dan belajar.
Teknologi pada dasarnya diciptakan untuk memudahkan urusan manusia agar menjadi lebih efektif dan efisien. Namun, apa yang terjadi hari ini dengan berkembang pesatnya teknologi informasi, maka diperlukan kompetensi khusus agar dapat mengoptimalkan fungsinya. Literasi digital sebagai kompetensi bukan hanya kemampuan penggunaan teknologi, tapi
juga meliputi kemampuan menganalisis, berpikir kritis, sampai dengan kontrol dari penggunaannya yang adiktif.
Karena bagaimanapun, bukankah ponsel pintar tidak seharusnya lebih pintar dari penggunanya?
ditulis oleh:
Fauzi Ramadhani, S. Si,
Guru mata pelajaran biologi di Madrasah Al Hikam
Komentar
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Bu Ika: Emansipasi & Bumi Lestari, Dua Sisi Suluh Kartini
Panggilan Hati untuk Menjaga Alam Semesta Allah menciptakan alam semesta termasuk bumi dan isinya jauh sebelum manusia diciptakan di muka bumi (QS, al-Baqoroh:117) Allah te
Literasi Digital Madrasah: Menciptakan Generasi Indonesia yang Lebih Maju
Pengenalan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi digital, literasi digital menjadi suatu keahlian yang penting bagi semua lapisan
Beradaptasi dengan Pendidikan Digital: Tantangan dan Strategi Guru Madrasah
Pendidikan di era digital menuntut guru madrasah untuk bertransformasi dan menjawab panggilan zaman. Adaptasi terhadap pembelajaran digital bukan hanya menjadi kebutuhan, tetapi suatu k
Bully: Bukan Sekadar Permainan, tapi Kekerasan yang Kejam
Bullying atau perundungan, permasalah yang sering terjadi dikalangan anak- dan remaja, baik dalam lingkungan sekolah, pondok bahkan dalam ruang lingkup teman sepermainan. Anak yang dian
Menghidupkan Peran Pendidikan pada Kelestarian Lingkungan
Sejak dulu pendidikan selalu bisa diandalkan dalam memecahkan berbagai persoalan masyarakat. Jepang saat dibom atom oleh Amerika Serikat pada perang dunia kedua, hampir dari semua kalan
Penguatan Molimo (Moderasi Lintas Agomo) Pada Siswa Al-Hikam Untuk Mencetak Generasi Unggul Berkarakter dan Berbudaya Lingkungan
Konflik berkepanjangan atas nama agama sering kali terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Masjid dibakar, Geraja diserang, tokoh agama menjadi sasaran kekejaman tangan-tangan tidak be
sangat inspiratif dan menambah pengetahuan tentang bagaimana remaja harus menguasai dan beradaptasi dengan digitalisasi